Kamis, 02 Desember 2010

Organisasi dan Kordinasi

Organisasi

pengertian organisasi bermacam-macam, diantaranya :

a) Secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan
peraturan yang ada.
b) Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan
bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

c) Ciri-ciri organisasi ialah: 1) terdiri daripada dua orang atau lebih, 2) ada kerjasama, 3) ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain, 4) ada tujuan yang ingin dicapai.

MENURUT:
d) James D. Mooney
Organisasi adalah sebagai bentuk setiap perserikatan orang-orang untuk
mencapai suatu tujuan bersama.

BAGAN ORGANISASI

bagan diatas menunjukan salah satu bagan organisasi didalam pendidikan.

contoh bagan organisasi yang saya ketahui :
1. Bagan organisasi pendidikan,   2) bagan organisasi pemerintahan.   3) bagan organisasi perusahaan


Koordinasi

Koordinasi adalah sebuah proses saling mengerti antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan suatu hal..atau proses pengintergrasian tujuan dan kegiatan pada satuan yang terpisah pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Masalah Dalam Koordinasi
 
Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu
Perbedaan dalam orientasi waktu
Perbedaan dalam orientasi antar waktu 
 Perbedaan dalam formalitas struktur

a. rentang manajemen 

    Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentang manajemen dan koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakin besar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahan secara efektif.

 Penentuan rentang yang tepat :
        Rentang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
        Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur organisasi.
 
Kebutuhan akan koordinasi
 
Untuk melihat kemampuan seorang manajer sebagai pemimpin ( atasan ) dalam  melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen. Koodinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya,sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, sehingga akan merugikan organisasi itu sendiri. 
Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atau perusahaan atau bagian menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang berupa tiga S,yaitu serasi,selaras dan seimbang. Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan.

Koordinasi yang efektif
 
Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan kegiatan  perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.
Pedoman Koordinasi
  1.          Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya kebutuhan dan keinginan berbeda.
  2.         Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi.
  3.         Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.
  4.         Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan ujud saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

 

 

Rabu, 27 Oktober 2010

Kekayaan Budaya Indonesia

Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di artikan sebagai kesatuan dari kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia. yang termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di Indonesia.Budaya indonesia beraneka ragam, kita bisa melihat macam budaya bangsa itu di TMII (taman Mini Indonesia Indah).Ada bahasa yang beraneka ragam,bahasa, suku, merupakan sebagai salah satu kebudayaan bangsa. kadang kita menemukan seseorang yang memakai bahasa daerahnya,Dengan melestarikan budaya, kita akan memiliki jati diri atau ciri berbangsa yang kuat. Sehingga akan tumbuh percaya diri akan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang tidak mudah tergilas pengaruh budaya asing.

amatilah bahasa, bentuk rumah adat, kesenian, keadaan alam di daerah kalian. Bandingkan dengan daerah lain ketika kalian kebetulan sedang bepergian. Kita akan sangat bangga menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Dengan kesadaran ini, tentu selanjutnya akan tumbuh kecintaan dan semangat untuk memelihara.Budaya biasa dilakukan pada pesta atau acra tertentu misalnya, Kawinan, sunatan, Pemberkatan rumah dan banyak lagi.kawinan orang betawi misalnya, pasti memakai ondel-ondel.

teori SWOT pada PT telkom

dari : sinar harapan 2003
http://www.sinarharapan.co.id/ceo/2003/035/ceo1.html

Dirut PT Telkom Tbk Kristiono
Ingin Telkom Menjadi Pemain Terbesar di Asia


JAKARTA – Ketika PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk, hendak menawarkan sahamnya di lantai bursa pada tahun 1995, salah satu promosi yang selalu didengungkan, yakni BUMN telekomunikasi ini diberi hak eksklusif sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi lokal, hingga tahun 2010. Selain itu, Telkom juga diberi hak monopoli atas jasa sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) hingga tahun 2005. Inilah salah satu yang menjadi daya tarik kalangan investor di pasar modal, ketika itu.

Tetapi, sejak 1 Agustus 2002, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, yakni menghapus hak monopoli yang pernah diberikan kepada PT Telkom Tbk. ”Telkom mengalami opportunity lost, karena hak eksklusif yang semula diberikan hingga tahun 2010 untuk fixed line dan 2005 untuk jasa SLJJ diterminasi menjadi 2002 dan 2003,” cetus Direktur Utama PT Telkom Tbk Kristiono, mengomentari kebijakan pemerintah ketika itu.
Meski sempat terjadi silang pendapat di antara berbagai kalangan, pemerintah tetap pada prinsipnya, bahwa monopoli Telkom dihapus, sejak 1 Agustus 2002 lalu. Artinya, pemain di jalur fixed line, kini bukan hanya Telkom, tapi ada PT Indosat Tbk, PT Ratelindo dan Batamindo. Demikian pula di jasa SLI, yang tadinya hanya digeluti Indosat dan Satelindo, lisensi tersebut juga telah diberikan kepada PT Telkom.
Dihapusnya hak eksklusif Telkom tidak membuat Dirut PT Telkom Tbk Kristiono kehabisan akal. Sebaliknya, ia malah menjadikan hal itu sebagai cambuk manajemen Telkom, untuk segera melakukan perubahan.
Pencanangan tonggak perubahan bisnis Telkom, dilakukan Kristiono, pada saat apel, tanggal 6 Januari 2003 lalu, di Bandung. Ketika itu, Kristiono mengajak seluruh karyawan Telkom, siap menghadapi perubahan di bisnis jasa telekomunikasi. ”Ke depan, perusahaan jasa telekomunikasi yang memberikan pelayanan terbaiklah yang akan dipilih masyarakat,” katanya.

Diperluas
Guna mengantisipasi dihapuskannya hak monopoli dan globalisasi, Telkom yang semula lebih banyak bergelut di bidang jasa fixed line, ke depan bidang yang digelutinya diperluas bukan hanya jasa telepon tetap, tapi juga dalam bidang informasi dan komunikasi, yang dirumuskan menjadi PMVIS (phone mobile view, internet and service). ”Ke depan, kami ingin menjadi perusahaan Infokom berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, Asia, bahkan Asia Pasifik,” ujar Kristiono.
Menurut Dirut PT Telkom Tbk ini, menjadi perusahaan yang berpengaruh memang selalu membawa konsekuensi. Artinya, apabila dibandingkan dengan perusahaan terkemuka pada area bisnis yang sama di kawasan regional dengan menggunakan indikator-indikator tertentu, maka kinerja bisnis dan finansialnya akan seimbang atau bahkan lebih baik lagi.
Keinginan ini, menutut Kristiono, telah dirumuskan dalam visi dan misi PT Telkom Tbk, yang dicanangkan melalui Corporate Strategic Scenario 2000 – 2005, bahwa PT Telkom Tbk akan menjadi dominan infocom player di kawasan regional.
Untuk merealisasikan keinginannya ini, manajemen Telkom melakukan berbagai perubahan. Antara lain, dengan memberikan pelayanan one stop infocom, dengan kualitas prima dan harga kompetitif, mengelola usaha dengan cara yang terbaik dengan mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dengan teknologi yang kompetitif dan membangun
business partner yang sinergi.
Guna merealisasikan visi korporasi dan mendukung pelaksanaan misi tersebut, tambahnya, diperlukan budaya korporasi yang kuat. Budaya korporasi dimaksud mencakup tiga hal. Pertama, asumsi dasar, yakni anggapan ataupun pandangan dasar yang menentukan bagaimana insan Telkom mempersepsi, berpikir dan merasakan sesuatu. Anggapan dan pandangan itu harus bisa diterima tanpa perlu mempertanyakan lagi kebenarannya, sebab esensi budaya Telkom terletak pada asumsi dasar ini.
Kedua, nilai-nilai yakni apa yang dianggap penting, apa yang sebaiknya atau apa yang berharga. Ketiga, aspek perilaku yakni mencakup simbol, upacara dan seremoni, tingkah laku. Artinya, lanjut Kristiono, asumsi dasar ini adalah komponen yang terdalam dari budaya. Sedangkan nilai dan perilaku merupakan menifestasi yang lebih konkret dari asumsi dasar tersebut.
Tentang rencana PT Telkom pada tahun 2003 dan telah disetujui oleh Dewan Komisaris, kata Kristiono lagi, yakni merealisasikan visi dan misi dengan konsep value creation yang mencakup aspek pertumbuhan, profitability (aspek keuntungan) dan sustainability (kesinambungan).
Dengan pertimbangan adanya peluang usaha yang masih lebih besar dibandingkan skala, ancaman yang ada serta kekuatan internal perusahaan yang masih lebih besar dibandingkan kelemahan yang harus diperbaiki. ”Tahun 2003, kami menargetkan pertumbuhan sekitar 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” papar Kristiono.

Keikhlasan dan Kejujuran
Sebagai perusahaan jasa telekomunikasi, menurut Kristiono, keikhlasan dan kejujuran adalah inti dari pelayanan yang paling dinantikan oleh setiap pelanggan dan pengguna jasa infokom (informasi dan komunikasi). Hal yang menjadi tantangan Telkom sebagaimana tercermin dalam motto pelayannya yakni Telkom committed to you.
”Kini kami berada dalam paradigma baru, di mana persahabatan yang erat dengan para konsumen dan masyarakat pada umumnya adalah suatu keharusan. Perusahaan ini menjadi lebih berarti karena adanya konsumen. Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban kami untuk memberikan layanan yang lebih baik ,” kata Kristiono.
Menurutnya, direksi Telkom hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 2002 telah melakukan perubahan visi Telkom dari ”To Become a Leading InfoCom Company in the Region” menjadi ”To Become a dominant InfoCom player in the Region”. Visi Telkom baik versi lama maupun yang baru menunjukkan suatu tekad bahwa Telkom bukanlah sekadar penyelenggara telepon tetap yang tersambung di rumah-rumah atau kantor, tetapi Telkom saat ini sudah menjadi penyelenggara jasa Informasi dan Komunikasi atau Infokom.
Istilah Infokom berarti layanan Telkom mencakup jasa-jasa yang terkait dengan teknologi tinggi, dari telepon tetap, telepon seluler, TV Kabel, komunikasi data, sampai jasa-jasa berbasis internet protokol.
Singkatnya setiap sambungan yang tersambung ke pelanggan akan memberikan multi bundling service yang mampu menyalurkan jasa multimedia dengan kecepatan tinggi. Untuk memberikan layanan Infokom inilah Telkom melakukan konsolidasi sinergi dengan perusahaan afiliasi Telkom yang tergabung dalam Telkom-Group. Melalui Telkom-Group inilah paketisasi layanan dapat dilaksanakan.
Sebagai perusahaan publik, kata Kristiono Telkom memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders perusahaan. Stakeholders Telkom yang terdiri dari pemegang saham, investor, pelanggan, karyawan, komunitas Infokom dan masyarakat umum, memiliki kesamaan dan perbedaan kebutuhan terhadap perusahaan.
Pemerintah dan pemegang saham independent jelas menginginkan penerimaan dividen maupun capital gain yang tinggi. Untuk itu perusahaan harus menunjukkan pertumbuhan kinerja yang baik, sehingga menghasilkan laba yang terus meningkat.
Harapan tersebut tentunya sama dengan harapan manajemen dan karyawan Telkom serta investor, hanya saja investor akan cenderung menuntut pengembalian modal yang lebih cepat. Efisiensi dan efektivitas akan menjadi pokok bahasan yang tak pernah habis dalam perjalanan perusahaan ini. Sedangkan dari sisi pelanggan aspek kecepatan, kualitas pelayanan dan biaya yang dikeluarkan akan menjadi sorotan utama. Mereka sangatlah wajar menanyakan hak-hak atas setiap rupiah yang telah dikeluarkan.
Untuk menjawab kepentingan stakeholders, maka Telkom menetapkan Misi ”Memberikan layanan ‘one stop InfoCom’ dengan kualitas yang prima dan harga kompetitif, mengelola usaha dengan cara yang terbaik dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang unggul dengan teknologi yang kompetitif serta melalui Business Partner yang sinergi.”

Kinerja Meningkat
Tentang kinerja PT Telkom Tbk, dalam tiga tahun terakhir, menurut Dirut PT Telkom, terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1999, misalnya, laba bersih yang dibukukan baru sebesar Rp 2,17 triliun, pada tahun 2000, laba bersih yang diperolehnya meningkat pesat menjadi Rp 3,1 triliun.
Pada tahun 2001, laba bersih yang diperolehnya melesat naik menjadi Rp 4,5 triliun. Untuk tahun 2003, semula Telkom memproyeksikan laba bersih meningkat menjadi sekitar Rp 6 triliun, tapi karena pemerintah menunda kenaikan tarif, kemungkinan target tidak tercapai.
Penundaan kenaikan tarif telepon, seperti diakui Kristiono, membuat pihaknya harus mengkaji kembali langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menjaga agar kinerja tetap tercapai. Misalnya, agar tidak mengganggu keuangan, Telkom menunda atau membatalkan sejumlah investasi, yang telah direncanakan sebelumnya. Jikapun ada proyek yang diteruskan, Telkom akan mencari pembiayaan sendiri yang risikonya kecil. Antara lain, akan menempuh cara lewat pola bagi hasil (revenue sharing) dengan sejumlah mitra. ”Komposisi pola bagi hasil yang ditawarkan, hingga 2006 yakni Telkom 60 persen dan 40 persen BOT (mitra kerja),” katanya.
Sumber pembiayaan lainnya, tambahnya, akan diambilkan dari dana kas internal perusahaan, utang kepada pihak ketiga dan ekspor kredit. ”Dalam paket T-21 ada fasilitas ekspor kredit. Jadi, kalau kelak membutuhkan dana investasi, kita bisa ambil dari fasilitas ini,” katanya.
Seperti diketahui, sejak awal tahun ini, manajemen Telkom juga akan mengadakan perubahan komposisi jaringan telekomunikasinya, dengan meningkatkan jumlah jaringan serat optik, jaringan berbasis internet protocol (IP) dan jaringan fixed wireless. Manajemen Telkom berharap, dalam dua tahun ke depan, jaringan optik bisa menjangkau 20 persen pelanggan korporasi bisnis, sedangkan jaringan fixed wireless diharapkan mewakili 40 persen saluran last mile.
Perubahan jaringan Telkom ini dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan pelanggan. Dari sisi jaringan last mile atau jaringan yang menjangkau langsung ke pelanggan individu maupun perumahan, Telkom akan meningkatkan peran teknologi wireless. Jika selama ini, jaringan last mile Telkom 100 persen berupa kabel (wireline), maka ke depan akan diubah menjadi hanya 60 persen wireline.
”Sebanyak 40 persen last mile nantinya akan berupa jaringan wireless dengan memakai teknologi CDMA (code division multiple access) 2000 1 X yang bisa dikatakan sebagai generasi dua setengah atau 2,5G,” kata Kristiono.
Dikatakannya, mulai tahun 2003, pihaknya akan membangun 1,2 juta satuan sambungan fixed wireless CDMA melalui kerja sama dengan konsorsium Samsung dan konsorsium Ericsson. Selain itu, Telkom juga telah membatalkan tender 1,2 juta sambungan wireline PSTN. Alasannya, karena pembangunan public swicth telephone number (PSTN) investasinya jauh lebih mahal, US$ 200 per SST, sementara proyek CDMA berkisar US$ 160 – 170.
Dalam dua tahun ke depan, pembangunan jaringan serat optik yang saat ini komposisinya baru sekitar 12 persen akan terus dinaikkan sedikitnya menjadi 20 persen. Penambahan jaringan serat optik ini, dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi pelanggan korporasi dan bisnis yang saat ini jumlahnya sekitar 18 persen dari jumlah pelanggan Telkom, yakni sekitar 8 juta pelanggan.
”Penambahan jaringan serat optik ini, bukan hanya meningkatkan kapasitas dan bandwith, tapi juga kualitas jaringan,” katanya.
Sejak awal tahun ini, Telkom juga membangun 1 juta sambungan kabel pita lebar (broadband) di berbagai kota, yang dimulai dari Medan melalui kerja sama dengan Syspol dari Korea. Sementara itu, mengenai jaringan berbasis IP, Telkom telah membangun jaringan virtual private network (VPN) berbasis IP di 100 kota dengan 134 point of presence.
(SH/antonius sp/ignatius kunarto)


dari pojok media surabaya
http://www.telkom.co.id/pojok-media/siaran-pers/untuk-memacu-semangat-sinergi-dan-kompetisi-karyawan-telkom-gelar-porseni.html

Surabaya, 7 Juli 2007 – Di tengah iklim persaingan antaroperator yang sangat ketat dewasa ini, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memandang perlu untuk menumbuhkan semangat sinergi di antara seluruh karyawan yang bekerja di lingkungan Telkom Group. Dengan jumlah karyawan mencapai kurang lebih 30.000 yang tersebar di seluruh Indonesia, dibutuhkan daya rekat yang tinggi untuk menciptakan kekuatan Telkom sebagai sebuah Group yang ingin memenangkan persaingan bisnis ICT (Information and Communication Technology) di Indonesia.
Vice President Public and Marketing Communication Eddy Kurnia mengatakan, fakta itulah yang antara lain mendorong diselenggarakannya Pekan Olah Raga dan Kesenian (Porseni) Telkom Group yang akan berlangsung pada tanggal 8 s.d 14 Juli 2007 di Kediri, Jawa Timur. Selain menggelar pertandingan aneka cabang olah raga, Porseni juga akan diisi oleh serangkaian kegiatan seni serta Corporate Social Responsibility (CSR).

Menurut rencana Porseni Telkom Group 2007 akan dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh di Stadion Brawijaya Kediri pada Minggu 8 Juli 2007 mulai pukul 09.00 WIB. Acara pembukaan akan didahului dengan kegiatan Jalan Santai yang diikuti 10.000 peserta lebih, serta pembukaan pameran produk perusahaan dalam lingkup Telkom Group serta industri mitra binaan Telkom. Menyertai kegiatan ini, Telkom rencananya akan menyerahkan bantuan kepada Pesantren Lirboyo di Kediri pada 9 Juli 2007, sebagai salah satu implementasi program Corporate Social Responsibility Telkom.

Khusus
Menurut Eddy Kurnia, Porseni Telkom sebenarnya merupakan acara yang secara reguler diselenggarakan setiap empat tahun sekali. Namun, lanjutnya, Porseni kali ini terasa sangat khusus karena melibatkan bukan hanya karyawan Telkom, melainkan juga para karyawan anak-anak perusahaan di lingkungan Telkom Group. “Kami yakin, melalui wahana informal seperti Porseni, kekompakan dan sinergi di lingkungan Telkom Group bisa terus ditumbuhkan. Karena jumlahnya yang besar, banyak di antara karyawan yang tidak saling mengenal satu sama lain, sehingga dikhawatirkan hal itu akan berpengaruh pada jalinan kerjasama yang tidak maksimal antar mereka di lapangan,” jelas Eddy.
Telkom yang 51,2% sahamnya dimiliki Negara ini memiliki kepemilikan saham mayoritas di 9 anak perusahaannya yang meliputi Telkomsel (65%), PT Indonusa Telemedia (95,68%), PT Infomedia Nusantara (51%), PT Graha Sarana Duta (99,99%), PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (99,99%), PT Dayamitra Telekomunikasi (99,99%), PT Multimedia Nusantara (99,99%), PT Napsindo Primatel International (60%), dan PT Pramindo Ikat Nusantara (99,99%).
Selain itu, Telkom juga tercatat memiliki saham di beberapa perusahaan lain, yaitu PT Batam Bintan Telekomunikasi (5%), PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN)(22,38%), PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (3,18%), PT Citra Sari Makmur (25%), dan PT Patra Telekomunikasi Indonesia (40%).
Saat ini Telkom merupakan operator ICT terbesar di Indonesia dengan penguasaan pangsa pasar mayoritas untuk setiap segmen layanan utamanya, yaitu fixed wireline (99%), fixed wireless (69%), broadband access (65%), dan seluler (56%). Di tengah iklim kompetisi bisnis telekomunikasi yang sangat ketat Telkom terus berusaha mempertahankan posisinya sebagai market leader bisnis ICT. Telkom mengelola tak kurang dari 50 juta pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tuntutan Sinergi dan Kompetisi
Dengan ukuran yang serba besar, Telkom dituntut untuk tetap lincah dalam menjalankan bisnisnya. Hal itu menurut Eddy Kurnia, dengan sendirinya menuntut sinergi dan kekompakan yang luar biasa dari para SDM-nya. Dalam kerangka inilah, demikian Eddy, ajang Porseni sangat baik untuk menanamkan semangat kompetisi sekaligus kekompakan dan kebersamaan. ”Melalui Porseni semangat bersinergi dan jiwa kompetisi jajaran Telkom akan lebih terasah,” tambahnya.
Tentang mengapa kota Kediri yang dipilih sebagai tempat penyelenggaraan, Eddy mengatakan kota ini memiliki berbagai fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Porseni TELKOM Group 2007. TELKOM Group juga ingin berpartisipasi dalam merayakan HUT Kota Kediri yang memasuki usia 1.128 tahun pada 27 Juli 2007 mendatang.

Pertimbangan lain, Telkom menilai kota Kediri yang dikenal juga sebagai kota kretek itu memiliki posisi yang cukup penting bagi pengembangan dan penetrasi produk-produk Telkom. ”Melalui Porseni 2007 Telkom ingin tetap menjaga dan bahkan meningkatan market share Telkom di Kediri,” tambah Eddy Kurnia. Untuk itu, Telkom juga menyelenggarakan pameran yang menampilkan berbagai produk dan layanan Telkom beserta anak-anak perusahaannya. ”Porseni merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mengkomunikasikan berbagai hal tentang Telkom,” tambahnya.

Penyelenggaraan Porseni Telkom Group di Kediri diharapkan menjadi atraksi menarik bagi warga Kediri. Acara akan diikuti oleh ribuan peserta dari 10 kontingen yang meliputi TELKOM area Sumatera, area DKI Jakarta, area Jawa Barat dan Banten, area Jawa Tengah, area Jawa Timur, area Kalimantan, area Indonesia Kawasan Timur, kontingen Kantor Perusahaan, Telkomsel, dan kontingen gabungan anak perusahaan lainnya seperti Infomedia Nusantara, Graha Sarana Duta, Indonusa Telemedia (Telkomvision), TELKOM Indonesia International, Metra, Finnet, dan Pramindo.

Porseni TELKOM Group 2007 akan mempertandingkan berbagai cabang olah raga dan kesenian seperti bulutangkis, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, catur, bridge, biliar, menembak, sepak bola dan seni suara. Seluruh peserta Porseni TELKOM Group 2007 adalah karyawan dan pensiunan TELKOM Group. Meski demikian, Porseni TELKOM Group 2007 akan pula melibatkan masyarakat sekitar dalam beberapa kegiatan seperti Jalan Santai saat pembukaan, pameran produk dan industri mitra binaan sepanjang pelaksanaan PORSENI, serta hiburan musik yang mendatangkan grup band terkenal “Padi” saat penutupan nanti.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan berbagai pihak terutama pemerintah Kota Kediri dan Kabupaten Kediri atas rencana penyelenggaraan kegiatan Porseni TELKOM Group 2007. Kami pun dengan setulus hati mengundang masyarakat Kota Kediri dan sekitarnya untuk turut menyaksikan dan memeriahkan Porseni TELKOM Group 2007 ini,” ujar Eddy Kurnia.

Tentang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), merupakan penyelenggara jasa dan jaringan InfoCom terbesar di Indonesia, yang memiliki berbagai bidang usaha: Mobile Cellular (Telkomsel), Fixed Wireless Phone (Flexi), Fixed Wire Line Phone, Data dan Internet (Multimedia), CallCenter & Directory Service (Infomedia), ePayment & eDoc Exchange Service (Finnet), Satellite, Jasa layanan Content dan nilai tambah lainnya. Saat ini, 51,19% saham Telkom dikuasai pemerintah RI dan 48.81% dimiliki publik. Selain di Bursa Efek Jakarta, saham Telkom tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE), sedangkan di Tokyo melalui Public Offering Without Listing (POWL). Kapitalisasi pasar Telkom mencapai sekitar 17% total kapitalisasi pasar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Telkom merupakan pemegang mayoritas saham di 9 perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yang menguasai pangsa pasar industri seluler di Indonesia. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Sahan Telkom pada tanggal 29 Juni 2007 lalu, laba bersih konsolidasian TELKOM pada tahun 2006 meningkat lebih dari Rp 3 triliun menjadi Rp. 11 triliun lebih, atau tumbuh sebesar 38% dibandingkan tahun 2005.

Dari tahun ke tahun kontribusi Telkom Group kepada negara terus meningkat, baik melalui dividen, pajak dan pendapatan negara bukan pajak. Tahun 2003 total nilai kontribusi Telkom Group kepada Negara tercatat Rp 10,25 triliun, nilai itu meningkat menjadi Rp 12,03 triliun di tahun 2004, Rp 14,48 triliun di tahun 2005, serta diperkirakan menjadi Rp 19 triliun lebih di tahun 2006.

Jumat, 01 Oktober 2010

pencemaran lingkunan

Pencemaran Lingkungan Jumat, 01 Oktober 2010
Motivasi

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.

Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.

Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.

@

Sumber Pencemar

Pencemar datang dari berbagai sumber dan memasuki udara, air dan tanah dengan berbagai cara. Pencemar udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industi, dan pembakaran sampah. Pencemar udara dapat pula berasal dari aktivitas gunung berapi.

Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah cair domestik terutama berupa BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari kegiatan pertanian terutama berupa nitrat dan fosfat.

sumber foto : www




Proses Pencemaran

Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.

Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.

Langkah Penyelesaian

Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).

Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur menggantinya dengan Green Chemistry. Green chemistry merupakan segala produk dan proses kimia yang mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya.

Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga, atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan konservasi, penggunaan energi alternatif, penggunaan alat transportasi alternatif, dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi masalah lingkungan. Untuk permasalahan global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain.

Tanggung Jawab Sosial Manajer / Perusahaan

Tanggung Jawab Sosial Manajer / Perusahaan
Tanggung jawab sosial
Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of business is to maximise profits, to earn a good return on capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya globalisasi, hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan. Adapun “desakan” untuk itu bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela (voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada fungsi “tanggung jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan.
Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam versi World Bank CSR didefinisikan sebagai “the comitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both and good fo business development”
Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah perusahaan bahkan etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen perusahaan .
Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance, Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan baik.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas, fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan teknologi.
2. Tanggung jawab sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial dewasa ini sudah menjadi bagian daripada orientasi bisnis. Prinsip ketergantngan dan manfaat bersama ternyata menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan atau implementasi program tanggung jawab sosial. Terminologi Tanggung jawab Sosial (social responsibility) sendiri terkait dengan banyak istilah. Waddock dalam Meehan (2006) menjelaskan 9 istilah yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial: 1) corporate social responsibility (CSR), 2) corporate social perfomance (CSP), 3) alternative CSR3c, 4) Corporate responsibility, 5) Stakeholder approcah, 6) Business ethics and values, inclding nature-based values, 7) Boundary-spanning functions including, Corporate Community Involvement (CCI), dan 9) Corporate Citizenship (CC).
Substansi daripada istilah ini dari masa ke masa mengalami perubahan. Pada tahun 60an, tanggung jawab sosial lebih berintikan “charity” perusahaan kepada lingkungan yang mengambil berbagai bentuk, berbeda antara satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Sudah tentu, model charity seperti itu susah untuk dievaluasi manfaat dan dampaknya. Model pyramida yang dikembangkan Carrol sangat dominan dalam penjelasan tanggung jawab sosial, Caroll menjelaskan kaitan antara satu bidang tanggung jawab sosial korporasi dengan bidang lain. Dari semua model di atas, salah satu yang dominan dikembangkan sekarang ini ada model pendekatan yang dikembangkan yaitu model pendekatan stakeholder (5). Model ini menjelaskan rinci peran pemangku kepentingan dan fungsinya kepada perusahaan. Dengan identifikasi peran dan kepentingan, maka perusahaan dapat mengintegrasikannya ke dalam satu pencapaian tujuan. Sementara Meehan sendiri lebih menggunakan model 3C-SR, dimana inti dari 3C adalah Commitment, Consistency dan Connection, dan patut dicatat tidak kedua model ini sesungguhnya berbeda pandangna, pada model 3C lebih menekankan konsep yang kemudian diurut menjadi operasional.
Di Indonesia, masalah tanggung jawab sosial bisnis menjadi isu yang belum terslesaikan dengan baik. Menurut UU No 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas telah dinyatakan bahwa tanggung jawab Sosial adalah bagian daripada tugas perseroan, oleh karena itu perseroan harus menyediakan dana. Artinya komponen biaya tanggung jawab sosial bukan lagi didasarkan kepada skema kalau perusahaan punya dana, akan tetapi di awal perusahaan telah diharuskan mencantumkan dana tanggung jawab sosial. Konsep ini menjustifikasi anggaran di tingkat manajemen puncak yang belum tentu mendapat pengesahan. Lebih dari itu, perseroan diharuskan menyampaikan laporan.
Selain aturan ini masih ada program lain bersifat insentif dan fasilitatif, yaitu PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang dimaksudkan untuk mendorong perusahaan peserta meningkatkan prestasi mereka dalam program lingkungan hidup secara luas. Sesuai dengan prinsip dasar PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan diseinsentif reputasi dengan pelibatan masyarakat dan sekaligus sebagai wujud dari pelaksanaan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 pasal 5 ayat 2 tentang hak masyarakat atas infomasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan yang terlibat dalam program mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hasil peringkat dimumkan terbuka, yang baik diberi hadiah, pihak manajemen merasa manfaat langsung. Walau program ini tidak bisa disamakan dengan program tanggung jawab sosial, karena kecenderungan pada program ini adalah masalah lingkungan.
Bersamaan dengan pandangan ini dikenal istilah stakeholder dalam terminologi Indonesia dikenal sebagai pemangku kepentingan . Jadi kalau tuga perusahaan pada awalnya adalah untuk menciptakan keuntungan kepada pemilik saham (shareholder), maka tugas ini telah berobah menjadi memberikan manfaat kepada stakeholder. Dari hasil penelusuran studi literatur diketahui bahwa banyak penulis mengacu kepada pendapat Carol (1979) yang mengidentifikasi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah: 1) ekonomi, 2) legal, 3) ethical, 4) diskresionary. Masing-masing tanggung jawab sosial ini dijelaskan sebagai berikut (Jamali, D. 208)
1) Ekonomi mislanya berkaitan dengan menyediakan ROI kepada pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan yang adil, menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan teknologi lanjutan, inovasi, dan menciptakan barang dan jasa yang baru.
2) Legal berkaitan dengan peran perusahaan memainkan peran sesuai dengan peraturan dan prosedur. Dalam kaitan ini masyarakat mengharapkan agar perusahaan dapat memenuhi visi dan misi yang diusungnya.
3) Etika diharapkan agar pelaku bisnis mempunyai moral, etika kerja dimana perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai dengan apa yang diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan masyarakat terhadap perusahaan , misalnya menghargai masyarakat, menghidnari pencideraan masyarakat, dan mencegah adanya bencana bagi masyarakat.
4) Berkaitan dengan penilaian, pilihan perusahaan dalam hal kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat.
Tentang dampak hubungan baik antara perusahaan dengan pemangku kepentingan , Kotter J dan James (1992) dalam Svendensen et.al. (2000) laporannya tentang Corporate Culture yang dilaporkan Harvard, menunjukkan bahwa selama 11 tahun pemantauannya menunjukkan bahwa dari sisi: pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan karyawan, perusahaan yang berorienatasi keapada stakeholder berikenerja lebih baik dbanding dengan perusahaan yang berorientasi pada pemegang saham. Dicatat juga bahwa manajemen yang menerapkan visi lebih memberikan fokus kepada stakeholder daripada pemegang saham. Laporan ini senada dengan hasil penelitian tentang Living Company (1997) dimana ditemukan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pemangku kepentingan tetap berada pada hubungan yang harmonis dengan lingkungan nya dengan tetap menjada hubungan kuat dengan lingkungan. Hal demikian dimungkinkan karena manfaat yang diterima perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan memberikan manfaat yang berkelanjutan terhadap perusahaan.
Sumber : putriihiphop.ngeblogs.com/…/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/ –

Evolusi Teori Manajemen

Evolusi Teori Manajemen


SEJARAH PEMIKIRAN TENTANG MANAJEMEN

Pembahasan dan pemahaman perkembangan teori-teori manajemen sangat diperlukan guna memberikan landasan dalam pemahaman perkembangan teori manajemen selanjutnya. Setiap pandangan dalam teori manajemen akan membantu manajer untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih efektif pada berbagai masalah yang berbeda dalam organisasi yang terus mengalami perubahan. Tiga pandangan utama tentang manajemen dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

• Pendekatan klasik (the classical approaches), yang dikenal sebagai aliran manajemen ilmiah (scientific management) dan teori organisasi klasik/prinsip-prinsip administrative (administrative principles) serta organisasi birokrasi (bureaucratic organization) yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan prinsip-prinsip universal untuk berbagai situasi manajemen.

• Pendekatan sumber daya manusia (the human resources approaches), yang dikenal juga sebagai aliran perilaku, yaitu pendekatan pada studi manajemen tentang kebutuhan manusia, kerja kelompok serta peranan faktor-faktor social di tempat kerja.

• Pendekatan kauntitatif atau pendekatan ilmu manajemen (the quantitative or management science approaches), yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan menggunakan teknik-teknik matematis dalam memecahkan masalah manajemen dalam sebuah organisasi.

• Pendekatan modern (modern approaches), yaitu pendekatan pada studi manajemen dengan pandangan system dan pemikiran kontingensi berdasarkan komitmen terhadap mutu dan kinerja yang tinggi

.1. Pendekatan Manajemen Klasik

Aliran klasik, terdiri dari :

a) Manajemen Ilmiah
Tokoh utama aliran ini adalah Frederick Winslow Taylor yang menulis buku “Scientific Management”. Taylor memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen dan mengembangkan teknik-teknik untuk mencapai efisiensi.

Empat prinsip dasar manajemen ilmiah, yaitu :

1. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen, agar metode yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan

2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas suatu tugas sesuai dengan kemampuannya.

3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah karyawan

4. Kerjasama yang baik antara manajemen dan karyawan
Teknik pencapaian efisiensi yang dikembangkan untuk melaksanakan prinsip-prinsiptersebut adalah studi gerak dan waktu, pengawasan fungsional, system upah perpotongan differensial, kartu instruksi, pembelian dengan spesifikasi dan standardisasi pekerjaan, peralatan, dan tenaga kerja.

b) Prinsip-Prinsip Administratif
Tokoh utama aliran ini adalah Henry Fayol, indsutrialis Perancis yang menulis buku “Administration Industriele et Generale”, mengemukakan lima unsur manajemen POACC (fungsionalisme Fayol)
Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan yang saling bergantung yaitu :
1. Teknik, produksi dan manufacturing produk.
2. Komersial, pembelian bahan baku dan penjualan produk
3. Keuangan, perolehan dan penggunaan modal
4. Keamanan, melindungi para karyawan dan kekayaan perusahaan
5. Akuntansi, pelaporan dan pencatatan keuangan
6. Manajerial, penerapan fungsi POACC

Empat belas prinsip manajemen Fayol yaitu :

1. Pembagian kerja, spesialisasi meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja
2. Wewenang, hak untuk memberi perintah dan untuk dipatuhi
3. Disiplin, respek, dan ketaatan pada peranan dan tujuan organisasi
4. Kesatuan perintah, setiap karyawan hanya menerima intruksi tentang kegiatan tertentu dari seorang atasan.
5. Kesatuan pengarahan, operasi-operasi organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.
6. Meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan umum
7. Balas jasa, kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil bagi karyawan dan pemilik.
8. Sentralisasi, ada keseimbangan yang tepat antara sentralisasi (pengambilan keputusan terpusat) dan desentralisasi (memberikan peranan dalam pembuatan keputusan kepada karyawan
9. Rantai scalar, garis perintah dan wewenang yang jelas
10. Order, kebutuhan sumber daya harus ada pada waktu dan tempat yang tepat
11. Keadilan, harus ada persamaan perlakuan dalam organisasi
12. Kestabilan staff, tingkat perputaran karyawan yang tinggi tidak baik untuk perkembangan perusahaan.
13. Inisiatif, adanya kebebasan karyawan menjalankan pekerjaan sesuai rencana
14. Semangat korps, kesatuan adalah kekuatan, menekankan mendorong komunikasi lisan bila memungkinkan.
Marry Parker Follet memberikan pandangan terhadap prinsip-prinsip administratif dalam bukunya “Dynamic Administration : The Collected Papers of Mary Parker Follet” sebagai berikut :
• Tugas manajer adalah membantu karyawan untuk saling bekerja sama mencapai kepentingan-kepentingan yang terintegrasi
• Rasa memiliki terhadap perusahaan menciptakan rasa tanggung jawab kolektif
• Permasalahan dalam bisnis melibatkan banyak factor yang harus dipertimbangkan berkaitan dengan hubungan antar factor
• Pemberian pelayanan dan keuntungan perusahaan harus dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat

c) Teori Organisasi Birokratis, yang dikemukakan Max Waber menyatakan tentang konsep birokrasi yaitu : sebuah bentuk organisasi yang ideal dengan tujuan yang rasional serta sangat efisien yang didasarkan atas prinsip-prinsip yang masuk akal, teratur serta wewenang formal.

Beberapa karakteristik konsep birokrasi Weber, yaitu
• Pembagian tugas yang jelas,, pekerjaan ditentukan secara jelas menjadikan karyawan lebih terampil terhadap pekerjaan itu
• Hierarki wewenang yang jelas, posisi wewenang dan tanggung jawab ditentukan dengan jelas, setiap posisi melaporkan pada posisi lain yang lebih tinggi
• Aturan dan prosedur formal, petunjuk tertulis yang mengatur setiap perilaku dan keputusan dibuat secara formal
• Impersonal, aturan dan prosedur diterapkan secara menyeluruh, tidak ada yang mendapat perlakuan khusus
• Jenjang karier didasarkan atas kualitas, karyawan dipilih dan dipromosikan berdasarkan kemampuan dan kinerja, manajer harus karyawan yang professional.

1.2. Pendekatan Sumber Daya Manusia/Perilaku Manusia
Aliran ini muncul karena ketidakpuasan terhadap pendekatan klasik yang tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Aliran ini berusaha melengkapi dengan pandangan sosiologi dan psikologi.
Tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah Elton Mayo, melalui percobaan yang dilakukan di pabrik Hawthorne terhadap kondisi kerja sekelompok karyawan, Mayo menemukan bahwa hubungan manusiawi diantara anggota terpilih maupun dengan peneliti (pengawas) lebih penting dalam menentukan produktivitas, perhatian khusus dari manajemen puncak mendorong peningkatan motivasi mereka, daripada perubahan variabel seperti upah, jam kerja atau periode istirahat. Fenomena ini dikenal sebagai “Hawthorne effect”.

Pandangan studi Hawthorne Effect memunculkan bidang studi perilaku organisasi yaitu studi tentang indivisu dan kelompok dalam organisasi diantaranya muncul teori kebutuhan manusia oleh Abraham Maslow terhadap lima tingkatan kebutuhan manusia, yaitu :

Teori tersebut berdasarkan atas dua prinsip, pertama prinsip deficit, kebutuhan yang telah terpenuhi berhenti menjadi motivator dalam perilaku, kedua prinsip berurutan, kelima kebutuhan tersebut berurutan seperti suatu hirarki, suatu kebutuhan disetiap tingkatan akan muncul jika kebutuhan ditingkat yang lebih rendah sudah terpenuhi.

Douglas McGregor memberikan pandangan berdasarkan studi Hawthorne dan Maslow, yaitu teori X dan teori Y tentang sifat manusia di tempat kerja :

Teori X berasumsi bahwa karyawan :

• Tidak suka bekerja
• Tidak mempunyai ambisi
• Tidak bertanggung jawab
• Enggan untuk berubah
• Lebih suka dipimpin daripada memimpin

Teori Y berasumsi bahwa karyawan :

Suka bekerja
• Mampu mengendalikan diri
• Menyukai tanggung jawab
• Penuh imajinasi dan kreasi
• Mampu mengarahkan diri sendiri

Manajer yang berasumsi bahwa karyawan bersifat X akan bersikap sangat mengatur dan berorientasi pada pengendalian. Sikap ini mendorong karyawan bersikap pasif, tergantung dan mempunyai rasa enggan.

Manajer yang berasumsi bahwa karyawan bersifat Y akan bersikap mendorong karyawan untuk berpartisipasi, bertanggung jawab dan merasa bebas dan kraetif dalam melakukan pekerjaan mereka.

1.3. Pendekatan Management Science
Aliran kuantitatif (management science), merupakan ilmu manajemen yang berdasarkan teknik-teknik matematis untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, biasanya digunakan dalam kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen aliran kas, scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan sumber daya manusia dan sebagainya.

Langkah-langkah management science yaitu :
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan suatu model matematis
3. Mendapatkan penyelesaian dari model
4. Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model
5. Penetapan pengawasan hasil-hasil
6. Pelaksanaan

Pendekatan manajemen kauntitatif mencakup karakteristik sebagai berikut ;
Konsentrasi pada pengambilan keputusan dan dampak akhir bagi tindakan manajemen
Penggunaan kriteria ekonomi dalam keputusan (biaya, pendpatan, deviden)
Penggunaan model matematis dengan hukum dan rumus yang canggih
Penggunaan computer untuk mempercepat proses

1.4. Pendekatan Manajemen Modern
Berkembangnya pendekatan dalam ilmu manajemen menunjukkan bahwa tidak ada satu teori yang dapat diterapkan secara universal dalam segala situasi. Perkembangan teori manajemen terus mengalami penyesuaian seiring tuntutan lingkungan organisasi yang berubah secara dinamis. Sehingga manajer dan organisasi harus menanggapi perbedaan-perbedaan tersebut melalui strategi manajerial memberi kesempatan terhadap perkembangan sejumlah bakat dan kemampuan anggota-anggota organisai. Landasan utama pendekatan ini adalah manajemen sebagai system dan manajemen dengan pendekatan kontingensi.
1) Pendekatan Sistem (System Approaches)
Pendekatan system dalam manajemen artinya memandang organisasi sebagai suatu satu kesatuan yang menyeluruh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubngan dan sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas. Pada dasarnya system merupakan sub system-sub system yang saling berhubungan dan saling bergantung.
Manajemen memandang system sebagai system tertutup dan system terbuka. Manajemen system tertutup memusatkan pada hubungan-hubungan dan konsistensi internal (kesatuan perintah, rentang kendali, wewenang dan delegasi) sedangkan system terbuka mempertimbangkan pengaruh lingkungan, tetapi secara fungsional tidak menghubungkannya dengan konsep-konsep dan teknik-teknik manajemen yang mengarahkan ke pencapaian tujuan.

2) Pendekatan Kontingensi (Contingency Approaches)
Pendekatan ini memandanga bahwa tugas manajer adalah mengidentifikasikan teknik mana pada situasi tertentu, di bawah keadaan tertentu dan pada waktu tertentu akan membantu pencapaian tujuan manajemen.
Perbedaan kondisi dan situasi membutuhkan aplikasi dan teknik manajemen yang berbeda, karena tidak ada teknik, prinsip dan konsep universal yang dapat diterapkan dalam seluruh kondisi. Pendekatan ini memasukkan variable-variabel lingkungan dalam analisanya, karena perbedaan kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan teknik manajemen yang berbeda pula.

PANDANGAN UTAMA TENTANG MANAJEMEN

Pendekatan Klasik : Manajemen Ilmiah, Prinsip-Prinsip Administratif, Teori Organisasi Birokratis

Pendekatan SDM : Hawthorne EffectàTeori Maslow, Teori X dan Teori Y

Pendekatan Kuantitaif