Rabu, 27 Oktober 2010

teori SWOT pada PT telkom

dari : sinar harapan 2003
http://www.sinarharapan.co.id/ceo/2003/035/ceo1.html

Dirut PT Telkom Tbk Kristiono
Ingin Telkom Menjadi Pemain Terbesar di Asia


JAKARTA – Ketika PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk, hendak menawarkan sahamnya di lantai bursa pada tahun 1995, salah satu promosi yang selalu didengungkan, yakni BUMN telekomunikasi ini diberi hak eksklusif sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi lokal, hingga tahun 2010. Selain itu, Telkom juga diberi hak monopoli atas jasa sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) hingga tahun 2005. Inilah salah satu yang menjadi daya tarik kalangan investor di pasar modal, ketika itu.

Tetapi, sejak 1 Agustus 2002, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, yakni menghapus hak monopoli yang pernah diberikan kepada PT Telkom Tbk. ”Telkom mengalami opportunity lost, karena hak eksklusif yang semula diberikan hingga tahun 2010 untuk fixed line dan 2005 untuk jasa SLJJ diterminasi menjadi 2002 dan 2003,” cetus Direktur Utama PT Telkom Tbk Kristiono, mengomentari kebijakan pemerintah ketika itu.
Meski sempat terjadi silang pendapat di antara berbagai kalangan, pemerintah tetap pada prinsipnya, bahwa monopoli Telkom dihapus, sejak 1 Agustus 2002 lalu. Artinya, pemain di jalur fixed line, kini bukan hanya Telkom, tapi ada PT Indosat Tbk, PT Ratelindo dan Batamindo. Demikian pula di jasa SLI, yang tadinya hanya digeluti Indosat dan Satelindo, lisensi tersebut juga telah diberikan kepada PT Telkom.
Dihapusnya hak eksklusif Telkom tidak membuat Dirut PT Telkom Tbk Kristiono kehabisan akal. Sebaliknya, ia malah menjadikan hal itu sebagai cambuk manajemen Telkom, untuk segera melakukan perubahan.
Pencanangan tonggak perubahan bisnis Telkom, dilakukan Kristiono, pada saat apel, tanggal 6 Januari 2003 lalu, di Bandung. Ketika itu, Kristiono mengajak seluruh karyawan Telkom, siap menghadapi perubahan di bisnis jasa telekomunikasi. ”Ke depan, perusahaan jasa telekomunikasi yang memberikan pelayanan terbaiklah yang akan dipilih masyarakat,” katanya.

Diperluas
Guna mengantisipasi dihapuskannya hak monopoli dan globalisasi, Telkom yang semula lebih banyak bergelut di bidang jasa fixed line, ke depan bidang yang digelutinya diperluas bukan hanya jasa telepon tetap, tapi juga dalam bidang informasi dan komunikasi, yang dirumuskan menjadi PMVIS (phone mobile view, internet and service). ”Ke depan, kami ingin menjadi perusahaan Infokom berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, Asia, bahkan Asia Pasifik,” ujar Kristiono.
Menurut Dirut PT Telkom Tbk ini, menjadi perusahaan yang berpengaruh memang selalu membawa konsekuensi. Artinya, apabila dibandingkan dengan perusahaan terkemuka pada area bisnis yang sama di kawasan regional dengan menggunakan indikator-indikator tertentu, maka kinerja bisnis dan finansialnya akan seimbang atau bahkan lebih baik lagi.
Keinginan ini, menutut Kristiono, telah dirumuskan dalam visi dan misi PT Telkom Tbk, yang dicanangkan melalui Corporate Strategic Scenario 2000 – 2005, bahwa PT Telkom Tbk akan menjadi dominan infocom player di kawasan regional.
Untuk merealisasikan keinginannya ini, manajemen Telkom melakukan berbagai perubahan. Antara lain, dengan memberikan pelayanan one stop infocom, dengan kualitas prima dan harga kompetitif, mengelola usaha dengan cara yang terbaik dengan mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dengan teknologi yang kompetitif dan membangun
business partner yang sinergi.
Guna merealisasikan visi korporasi dan mendukung pelaksanaan misi tersebut, tambahnya, diperlukan budaya korporasi yang kuat. Budaya korporasi dimaksud mencakup tiga hal. Pertama, asumsi dasar, yakni anggapan ataupun pandangan dasar yang menentukan bagaimana insan Telkom mempersepsi, berpikir dan merasakan sesuatu. Anggapan dan pandangan itu harus bisa diterima tanpa perlu mempertanyakan lagi kebenarannya, sebab esensi budaya Telkom terletak pada asumsi dasar ini.
Kedua, nilai-nilai yakni apa yang dianggap penting, apa yang sebaiknya atau apa yang berharga. Ketiga, aspek perilaku yakni mencakup simbol, upacara dan seremoni, tingkah laku. Artinya, lanjut Kristiono, asumsi dasar ini adalah komponen yang terdalam dari budaya. Sedangkan nilai dan perilaku merupakan menifestasi yang lebih konkret dari asumsi dasar tersebut.
Tentang rencana PT Telkom pada tahun 2003 dan telah disetujui oleh Dewan Komisaris, kata Kristiono lagi, yakni merealisasikan visi dan misi dengan konsep value creation yang mencakup aspek pertumbuhan, profitability (aspek keuntungan) dan sustainability (kesinambungan).
Dengan pertimbangan adanya peluang usaha yang masih lebih besar dibandingkan skala, ancaman yang ada serta kekuatan internal perusahaan yang masih lebih besar dibandingkan kelemahan yang harus diperbaiki. ”Tahun 2003, kami menargetkan pertumbuhan sekitar 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” papar Kristiono.

Keikhlasan dan Kejujuran
Sebagai perusahaan jasa telekomunikasi, menurut Kristiono, keikhlasan dan kejujuran adalah inti dari pelayanan yang paling dinantikan oleh setiap pelanggan dan pengguna jasa infokom (informasi dan komunikasi). Hal yang menjadi tantangan Telkom sebagaimana tercermin dalam motto pelayannya yakni Telkom committed to you.
”Kini kami berada dalam paradigma baru, di mana persahabatan yang erat dengan para konsumen dan masyarakat pada umumnya adalah suatu keharusan. Perusahaan ini menjadi lebih berarti karena adanya konsumen. Oleh sebab itu sudah menjadi kewajiban kami untuk memberikan layanan yang lebih baik ,” kata Kristiono.
Menurutnya, direksi Telkom hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa 2002 telah melakukan perubahan visi Telkom dari ”To Become a Leading InfoCom Company in the Region” menjadi ”To Become a dominant InfoCom player in the Region”. Visi Telkom baik versi lama maupun yang baru menunjukkan suatu tekad bahwa Telkom bukanlah sekadar penyelenggara telepon tetap yang tersambung di rumah-rumah atau kantor, tetapi Telkom saat ini sudah menjadi penyelenggara jasa Informasi dan Komunikasi atau Infokom.
Istilah Infokom berarti layanan Telkom mencakup jasa-jasa yang terkait dengan teknologi tinggi, dari telepon tetap, telepon seluler, TV Kabel, komunikasi data, sampai jasa-jasa berbasis internet protokol.
Singkatnya setiap sambungan yang tersambung ke pelanggan akan memberikan multi bundling service yang mampu menyalurkan jasa multimedia dengan kecepatan tinggi. Untuk memberikan layanan Infokom inilah Telkom melakukan konsolidasi sinergi dengan perusahaan afiliasi Telkom yang tergabung dalam Telkom-Group. Melalui Telkom-Group inilah paketisasi layanan dapat dilaksanakan.
Sebagai perusahaan publik, kata Kristiono Telkom memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders perusahaan. Stakeholders Telkom yang terdiri dari pemegang saham, investor, pelanggan, karyawan, komunitas Infokom dan masyarakat umum, memiliki kesamaan dan perbedaan kebutuhan terhadap perusahaan.
Pemerintah dan pemegang saham independent jelas menginginkan penerimaan dividen maupun capital gain yang tinggi. Untuk itu perusahaan harus menunjukkan pertumbuhan kinerja yang baik, sehingga menghasilkan laba yang terus meningkat.
Harapan tersebut tentunya sama dengan harapan manajemen dan karyawan Telkom serta investor, hanya saja investor akan cenderung menuntut pengembalian modal yang lebih cepat. Efisiensi dan efektivitas akan menjadi pokok bahasan yang tak pernah habis dalam perjalanan perusahaan ini. Sedangkan dari sisi pelanggan aspek kecepatan, kualitas pelayanan dan biaya yang dikeluarkan akan menjadi sorotan utama. Mereka sangatlah wajar menanyakan hak-hak atas setiap rupiah yang telah dikeluarkan.
Untuk menjawab kepentingan stakeholders, maka Telkom menetapkan Misi ”Memberikan layanan ‘one stop InfoCom’ dengan kualitas yang prima dan harga kompetitif, mengelola usaha dengan cara yang terbaik dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang unggul dengan teknologi yang kompetitif serta melalui Business Partner yang sinergi.”

Kinerja Meningkat
Tentang kinerja PT Telkom Tbk, dalam tiga tahun terakhir, menurut Dirut PT Telkom, terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1999, misalnya, laba bersih yang dibukukan baru sebesar Rp 2,17 triliun, pada tahun 2000, laba bersih yang diperolehnya meningkat pesat menjadi Rp 3,1 triliun.
Pada tahun 2001, laba bersih yang diperolehnya melesat naik menjadi Rp 4,5 triliun. Untuk tahun 2003, semula Telkom memproyeksikan laba bersih meningkat menjadi sekitar Rp 6 triliun, tapi karena pemerintah menunda kenaikan tarif, kemungkinan target tidak tercapai.
Penundaan kenaikan tarif telepon, seperti diakui Kristiono, membuat pihaknya harus mengkaji kembali langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menjaga agar kinerja tetap tercapai. Misalnya, agar tidak mengganggu keuangan, Telkom menunda atau membatalkan sejumlah investasi, yang telah direncanakan sebelumnya. Jikapun ada proyek yang diteruskan, Telkom akan mencari pembiayaan sendiri yang risikonya kecil. Antara lain, akan menempuh cara lewat pola bagi hasil (revenue sharing) dengan sejumlah mitra. ”Komposisi pola bagi hasil yang ditawarkan, hingga 2006 yakni Telkom 60 persen dan 40 persen BOT (mitra kerja),” katanya.
Sumber pembiayaan lainnya, tambahnya, akan diambilkan dari dana kas internal perusahaan, utang kepada pihak ketiga dan ekspor kredit. ”Dalam paket T-21 ada fasilitas ekspor kredit. Jadi, kalau kelak membutuhkan dana investasi, kita bisa ambil dari fasilitas ini,” katanya.
Seperti diketahui, sejak awal tahun ini, manajemen Telkom juga akan mengadakan perubahan komposisi jaringan telekomunikasinya, dengan meningkatkan jumlah jaringan serat optik, jaringan berbasis internet protocol (IP) dan jaringan fixed wireless. Manajemen Telkom berharap, dalam dua tahun ke depan, jaringan optik bisa menjangkau 20 persen pelanggan korporasi bisnis, sedangkan jaringan fixed wireless diharapkan mewakili 40 persen saluran last mile.
Perubahan jaringan Telkom ini dimaksudkan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan pelanggan. Dari sisi jaringan last mile atau jaringan yang menjangkau langsung ke pelanggan individu maupun perumahan, Telkom akan meningkatkan peran teknologi wireless. Jika selama ini, jaringan last mile Telkom 100 persen berupa kabel (wireline), maka ke depan akan diubah menjadi hanya 60 persen wireline.
”Sebanyak 40 persen last mile nantinya akan berupa jaringan wireless dengan memakai teknologi CDMA (code division multiple access) 2000 1 X yang bisa dikatakan sebagai generasi dua setengah atau 2,5G,” kata Kristiono.
Dikatakannya, mulai tahun 2003, pihaknya akan membangun 1,2 juta satuan sambungan fixed wireless CDMA melalui kerja sama dengan konsorsium Samsung dan konsorsium Ericsson. Selain itu, Telkom juga telah membatalkan tender 1,2 juta sambungan wireline PSTN. Alasannya, karena pembangunan public swicth telephone number (PSTN) investasinya jauh lebih mahal, US$ 200 per SST, sementara proyek CDMA berkisar US$ 160 – 170.
Dalam dua tahun ke depan, pembangunan jaringan serat optik yang saat ini komposisinya baru sekitar 12 persen akan terus dinaikkan sedikitnya menjadi 20 persen. Penambahan jaringan serat optik ini, dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi pelanggan korporasi dan bisnis yang saat ini jumlahnya sekitar 18 persen dari jumlah pelanggan Telkom, yakni sekitar 8 juta pelanggan.
”Penambahan jaringan serat optik ini, bukan hanya meningkatkan kapasitas dan bandwith, tapi juga kualitas jaringan,” katanya.
Sejak awal tahun ini, Telkom juga membangun 1 juta sambungan kabel pita lebar (broadband) di berbagai kota, yang dimulai dari Medan melalui kerja sama dengan Syspol dari Korea. Sementara itu, mengenai jaringan berbasis IP, Telkom telah membangun jaringan virtual private network (VPN) berbasis IP di 100 kota dengan 134 point of presence.
(SH/antonius sp/ignatius kunarto)


dari pojok media surabaya
http://www.telkom.co.id/pojok-media/siaran-pers/untuk-memacu-semangat-sinergi-dan-kompetisi-karyawan-telkom-gelar-porseni.html

Surabaya, 7 Juli 2007 – Di tengah iklim persaingan antaroperator yang sangat ketat dewasa ini, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memandang perlu untuk menumbuhkan semangat sinergi di antara seluruh karyawan yang bekerja di lingkungan Telkom Group. Dengan jumlah karyawan mencapai kurang lebih 30.000 yang tersebar di seluruh Indonesia, dibutuhkan daya rekat yang tinggi untuk menciptakan kekuatan Telkom sebagai sebuah Group yang ingin memenangkan persaingan bisnis ICT (Information and Communication Technology) di Indonesia.
Vice President Public and Marketing Communication Eddy Kurnia mengatakan, fakta itulah yang antara lain mendorong diselenggarakannya Pekan Olah Raga dan Kesenian (Porseni) Telkom Group yang akan berlangsung pada tanggal 8 s.d 14 Juli 2007 di Kediri, Jawa Timur. Selain menggelar pertandingan aneka cabang olah raga, Porseni juga akan diisi oleh serangkaian kegiatan seni serta Corporate Social Responsibility (CSR).

Menurut rencana Porseni Telkom Group 2007 akan dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh di Stadion Brawijaya Kediri pada Minggu 8 Juli 2007 mulai pukul 09.00 WIB. Acara pembukaan akan didahului dengan kegiatan Jalan Santai yang diikuti 10.000 peserta lebih, serta pembukaan pameran produk perusahaan dalam lingkup Telkom Group serta industri mitra binaan Telkom. Menyertai kegiatan ini, Telkom rencananya akan menyerahkan bantuan kepada Pesantren Lirboyo di Kediri pada 9 Juli 2007, sebagai salah satu implementasi program Corporate Social Responsibility Telkom.

Khusus
Menurut Eddy Kurnia, Porseni Telkom sebenarnya merupakan acara yang secara reguler diselenggarakan setiap empat tahun sekali. Namun, lanjutnya, Porseni kali ini terasa sangat khusus karena melibatkan bukan hanya karyawan Telkom, melainkan juga para karyawan anak-anak perusahaan di lingkungan Telkom Group. “Kami yakin, melalui wahana informal seperti Porseni, kekompakan dan sinergi di lingkungan Telkom Group bisa terus ditumbuhkan. Karena jumlahnya yang besar, banyak di antara karyawan yang tidak saling mengenal satu sama lain, sehingga dikhawatirkan hal itu akan berpengaruh pada jalinan kerjasama yang tidak maksimal antar mereka di lapangan,” jelas Eddy.
Telkom yang 51,2% sahamnya dimiliki Negara ini memiliki kepemilikan saham mayoritas di 9 anak perusahaannya yang meliputi Telkomsel (65%), PT Indonusa Telemedia (95,68%), PT Infomedia Nusantara (51%), PT Graha Sarana Duta (99,99%), PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (99,99%), PT Dayamitra Telekomunikasi (99,99%), PT Multimedia Nusantara (99,99%), PT Napsindo Primatel International (60%), dan PT Pramindo Ikat Nusantara (99,99%).
Selain itu, Telkom juga tercatat memiliki saham di beberapa perusahaan lain, yaitu PT Batam Bintan Telekomunikasi (5%), PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN)(22,38%), PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (3,18%), PT Citra Sari Makmur (25%), dan PT Patra Telekomunikasi Indonesia (40%).
Saat ini Telkom merupakan operator ICT terbesar di Indonesia dengan penguasaan pangsa pasar mayoritas untuk setiap segmen layanan utamanya, yaitu fixed wireline (99%), fixed wireless (69%), broadband access (65%), dan seluler (56%). Di tengah iklim kompetisi bisnis telekomunikasi yang sangat ketat Telkom terus berusaha mempertahankan posisinya sebagai market leader bisnis ICT. Telkom mengelola tak kurang dari 50 juta pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tuntutan Sinergi dan Kompetisi
Dengan ukuran yang serba besar, Telkom dituntut untuk tetap lincah dalam menjalankan bisnisnya. Hal itu menurut Eddy Kurnia, dengan sendirinya menuntut sinergi dan kekompakan yang luar biasa dari para SDM-nya. Dalam kerangka inilah, demikian Eddy, ajang Porseni sangat baik untuk menanamkan semangat kompetisi sekaligus kekompakan dan kebersamaan. ”Melalui Porseni semangat bersinergi dan jiwa kompetisi jajaran Telkom akan lebih terasah,” tambahnya.
Tentang mengapa kota Kediri yang dipilih sebagai tempat penyelenggaraan, Eddy mengatakan kota ini memiliki berbagai fasilitas yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Porseni TELKOM Group 2007. TELKOM Group juga ingin berpartisipasi dalam merayakan HUT Kota Kediri yang memasuki usia 1.128 tahun pada 27 Juli 2007 mendatang.

Pertimbangan lain, Telkom menilai kota Kediri yang dikenal juga sebagai kota kretek itu memiliki posisi yang cukup penting bagi pengembangan dan penetrasi produk-produk Telkom. ”Melalui Porseni 2007 Telkom ingin tetap menjaga dan bahkan meningkatan market share Telkom di Kediri,” tambah Eddy Kurnia. Untuk itu, Telkom juga menyelenggarakan pameran yang menampilkan berbagai produk dan layanan Telkom beserta anak-anak perusahaannya. ”Porseni merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mengkomunikasikan berbagai hal tentang Telkom,” tambahnya.

Penyelenggaraan Porseni Telkom Group di Kediri diharapkan menjadi atraksi menarik bagi warga Kediri. Acara akan diikuti oleh ribuan peserta dari 10 kontingen yang meliputi TELKOM area Sumatera, area DKI Jakarta, area Jawa Barat dan Banten, area Jawa Tengah, area Jawa Timur, area Kalimantan, area Indonesia Kawasan Timur, kontingen Kantor Perusahaan, Telkomsel, dan kontingen gabungan anak perusahaan lainnya seperti Infomedia Nusantara, Graha Sarana Duta, Indonusa Telemedia (Telkomvision), TELKOM Indonesia International, Metra, Finnet, dan Pramindo.

Porseni TELKOM Group 2007 akan mempertandingkan berbagai cabang olah raga dan kesenian seperti bulutangkis, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, catur, bridge, biliar, menembak, sepak bola dan seni suara. Seluruh peserta Porseni TELKOM Group 2007 adalah karyawan dan pensiunan TELKOM Group. Meski demikian, Porseni TELKOM Group 2007 akan pula melibatkan masyarakat sekitar dalam beberapa kegiatan seperti Jalan Santai saat pembukaan, pameran produk dan industri mitra binaan sepanjang pelaksanaan PORSENI, serta hiburan musik yang mendatangkan grup band terkenal “Padi” saat penutupan nanti.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan berbagai pihak terutama pemerintah Kota Kediri dan Kabupaten Kediri atas rencana penyelenggaraan kegiatan Porseni TELKOM Group 2007. Kami pun dengan setulus hati mengundang masyarakat Kota Kediri dan sekitarnya untuk turut menyaksikan dan memeriahkan Porseni TELKOM Group 2007 ini,” ujar Eddy Kurnia.

Tentang PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), merupakan penyelenggara jasa dan jaringan InfoCom terbesar di Indonesia, yang memiliki berbagai bidang usaha: Mobile Cellular (Telkomsel), Fixed Wireless Phone (Flexi), Fixed Wire Line Phone, Data dan Internet (Multimedia), CallCenter & Directory Service (Infomedia), ePayment & eDoc Exchange Service (Finnet), Satellite, Jasa layanan Content dan nilai tambah lainnya. Saat ini, 51,19% saham Telkom dikuasai pemerintah RI dan 48.81% dimiliki publik. Selain di Bursa Efek Jakarta, saham Telkom tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE), sedangkan di Tokyo melalui Public Offering Without Listing (POWL). Kapitalisasi pasar Telkom mencapai sekitar 17% total kapitalisasi pasar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Telkom merupakan pemegang mayoritas saham di 9 perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yang menguasai pangsa pasar industri seluler di Indonesia. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Sahan Telkom pada tanggal 29 Juni 2007 lalu, laba bersih konsolidasian TELKOM pada tahun 2006 meningkat lebih dari Rp 3 triliun menjadi Rp. 11 triliun lebih, atau tumbuh sebesar 38% dibandingkan tahun 2005.

Dari tahun ke tahun kontribusi Telkom Group kepada negara terus meningkat, baik melalui dividen, pajak dan pendapatan negara bukan pajak. Tahun 2003 total nilai kontribusi Telkom Group kepada Negara tercatat Rp 10,25 triliun, nilai itu meningkat menjadi Rp 12,03 triliun di tahun 2004, Rp 14,48 triliun di tahun 2005, serta diperkirakan menjadi Rp 19 triliun lebih di tahun 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar