CULTURE
SHOCK (Kejutan/kekagetan Budaya)
Definisi Culture Shock
Istilah culture shock awalnya
terdokumentasi dalam jurnal medis sebagai penyakit yang parah (berpotensi
hilangnya nyawa seseorang), yang diperoleh individu saat ia secara tiba-tiba
dipindah ke luar negri. Definisi Adler (1975) lebih menekankan bahwa culture
shock adalah suatu rangkaian reaksi emosional sebagai akibat dari hilangnya
penguatan (reinforcement) yang selama ini diperoleh dari kebudayaan yang lama,
diganti dengan stimulus dari kebudayaan baru yang terasa asing, dan karena
adanya kesalahpahaman pada pengalaman yang baru dan berbeda. Perasaan ini
mungkin meliputi rasa tak berdaya, mudah tersinggung, perasaan takut bahwa
orang lain akan berbuat curang padanya karena ketidaktahuannya, perasaan
terluka dan perasaan diabaikan oleh orang lain.
Gejala Culture Shock
Gejala munculnya culture shock
berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain. Namun ada beberapa yang
biasanya ditunjukkan individu saat mengalami culture shock, yaitu antara lain :
- Perasaan sedih, kesepian,
melankolis, merasa frustasi, kemarahan, kecemasan, disorientasi
- Menderita
rasa sakit di berbagai areal tubuh, muncul berbagai alergi, serta
gangguan-gangguan kesehatan lainnya, seperti diare, maag, sakit kepala dll.
-
Perasaan marah, mudah tersinggung, penyesalan, tidak bersedia untuk
berinteraksi dengan orang lain
- Selalu membanding-bandingkan budaya asalnya, mengidolakan kebudayaan
asal secara berlebih
Faktor
munculnya Culture Shock
Chapdelaine (2004) mencatat paling tidak terdapat
empat pendekatan dalam menjelaskan fenomena culture shock. Pendekatan ini
meliputi pendekatan:
1. Pendekatan Kognitif
2. Pendekatan prilaku
3. pendekatan Fenomenalogis
4. Pendekatan sosiopsikologis
Penyesuaian psikologis/afektif : ketidaksamaan
kultur antara kultur asal dan kultur di tempat baru menimbulkan perasaan asing,
perasaan kesepian, rasa keterhilangan di tempat yang baru bagi dirinya.
Penyesuaian sosial: Dalam hal ini, culture shock
terjadi karena individu tidak memiliki pemahaman budaya yang cukup untuk ia
dapat berinteraksi dengan baik dengan warga lingkungan baru. Individu juga
memiliki identitas kultur yang begitu besar sehingga menyulitkannya untuk
beradaptasi dengan kultur yang baru.
Contoh
Culture shock
ketika mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa
study di Paris, mereka akan sangat merasa kurang nyaman melihat
perilaku-perilaku mesra para lesbi dan gay yang ditunjukan secara vulgar di
sekitarnya. Perasaan kaget yang timbul terhadap pasangan homogen tersebut di
karenakan di Indonesia sendiri, komunitas marginal lebih tertutup dan mendapat
perlakuan diskriminatif oleh banyak pihak di Indonesia. Sementara di Paris dan
beberapa negara liberal, komunitas mereka adalah independen dan bebas.
Berciuman dan bermesraan di depan umum pun tidak dianggap suatu perbuatan
memalukan. Ini akan membuat mahasiswa dari Indonesia merasakan shock culture
(kekagetan budaya).
Selain itu dari pola makan juga mahasiswa Indonesia
bisa merasakan shock culture (kekagetan budaya), contoh di Indonesia
setiap hari makan dengan nasi namun ketika iya tinggal dan menempuh pendidikan
di Paris, mahasiswa akan sulit menyesuaikan dengan menu makan yang ada di
Paris, butuh waktu yang cukup lama untuk mahasiswa Indonesia beradaptasi
dengan menu makan yang ada di Paris.
Contoh
lain culture Shock,
perbedaan antar kota. Di kota Jakarta setiap hari mengalami kemacetan, terutama
pada aktifitas jam kerja hari senin sampai jumat. Saat saya di kota Batam, saya
hampir tidak sama sekali menemukan kemacetan, baik dari pagi hingga malam. Di
kota batam pun banyak jual minuman berakhohol yang bisa banyak kita jumpai,
seperti di mall dan supermarket. Beda hal nya dengan di Indonesia, minuman
berakhohol sudah jarang di temukan di supermarket/mal.
Sumber :
http://akarkangkung.blogspot.co.id/2016/03/culture-shock-kejutankekagetan-budaya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar