10.1 Apa yang kalian ketahui tentang Prasangka dan Deskriminasi ?
Prasangka adalah Sikap yang negatif terhadap sesuatu tanpa ada alasan yang mendasar atas pribadi tersebut.
Diskriminasi adalah Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara
(berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb)
Prasangka dan diskriminasi adalah stereotyping, yaitu suatu
kecenderungan untuk mengidentifikasi dan mengeneralisasi setiap
individu, benda dan sebagainya ke dalam katagori-katagori yang sudah
dikenal.
Prasangka dan diskriminasi berhubungan erat satu dengan yang lainnya
karena pada teorinya prasangka bersumber pada satu sikap dan
diskriminasi menunjuk pada satu sikap, prasangka dapat menjadi dasar
dari diskriminasi, dan pada akhirnya mereka akan melakukan tindakan yang
negatif.
Contoh prasangka adalah adanya persaingan antar individu secara
berlebihan dalam suatu lingkungan, misalnya persaingan antar karyawan
dalam suatu tempat kerja.
Sedangkan contoh diskriminasi adalah Cina sebagai kelompok minoritas,
sering menjadi sasaran rasial, walaupun secara yuridis telah menjadi
warga negara Indonesia dan dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan
bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
10.2 Apa yang kalian ketahui tentang Etnosentrisme ?
Etnosentrisme merupakan suatu persepsi yang dimiliki oleh tiap-tiap
individu yang menganggap budayanya merupakan yang terbaik dari
budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. Etnosentrisme tersebut
dapat juga diartikan sebagai fanatisme suku bangsa.
10.3 Upaya menghilangkan Prasangka dan Deskriminasi
prasangka dan Deskriminasi
Berikut
cara untuk mengatasi prasangka :
- Memutuskan
siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri
dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk
melatih anak menjadi fanatic.
- Berinteraksi
langsung dengan kelompok berbeda: i) contact hypothesis—pandangan bahwa
peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi
prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika
kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu. ii) extended
contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan
mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan
dengan anggota kelompok out-groupdapat mengurangi prasangka terhadap
kelompok tersebut.
- Kategorisasi
ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang
yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat
dipandang sebagai bagian dari in-group.
- Intervensi
kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar
untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
- Pengaruh
social untuk mengurangi prasangka.
Cara
mengatasi sikap diskriminasi :
- Belajar tidak membenci, karna dapat membahayakan diri sendiri bahkan orang lain.
- - Mencoba
berinteraksi dengan kelompok lain yang berbeda.
- - Mengkaji
ulang antara “kita” dan “mereka”. Pengkategorian ulang ini akan menimbulkan
pandangan yang berbeda dengan sebelumnya.
- - Pelajaran
multiculturalisme harus dimasukkan kedalam pendidikan nasional dan dimulai
sejak kecil.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar